Beberapa waktu yang lalu ada sepasang suami istri yang
datang untuk berkonsultasi mengenai ‘masalah’ dalam menangani prilaku buruk
anak mereka. Pria dan wanita paruh baya itu datang mengendarai motor merk Honda
yang rupanya tahun lama. Mengenakan pakaian yang sedikit lusuh mereka berjalan
tertunduk seolah membawa ribuan kilogram beban di pundak mereka.
Masuk mereka melangkahkan kaki ke dalam ruang tamu yang
tersedia. Dengan sedikit malu-malu mereka pun memulai perbincangan. Diawali dengan
berkenalan serta mengutarakan maksud kedatangan mereka, maka selanjutnya
perbincangan pun mulai mengarah kepada titik masalah yang ada.
Sebut saja mawar (nama samaran), ia adalah anak pertama dari
pasangan suami istri ini. Kedua orang tuanya merasa bahwa anak ini sudah
melewati batas kewajaran dalam bersikap dan berprilaku. Selain sangat sulit
dinasehati, terakhir mawar pula sempat pergi dari rumah tanpa member kabar pada
siapapun alias ngabur.
Mawar meninggalkan rumah sejak bulan februari dan baru
ditemukan kembali pada bulan april, itu pun setelah mengupayakan berbagai daya
upaya semaksimal mungkin dari pihak keluarga dan kenalan lainnya.
Melalui teknik pendalaman karakter dan pendalaman pokok
permasalahan akhirnya kesimpulan diagnose pun didapat.
Coba anda bayangkankan kondisi berikut ini.
Seorang ayah yang tak begitu memiliki kedekatan secara
emosional pada anaknya dan setiap harinya pun tidak terlalu sering
berkomunikasi namun ternyata menyimpan kegilaan saat marah. Lepas control seolah
akan menelan si anak saat ia sedang kesal dan marah.
Selain itu si ibu yang juga sangat pelit bahkan sangat
cerewet menuntut selalu yang terbaik namun ia sendiri tak pernah memberikan
dukungan baik secara riil maupun materil dengan kualitas yang terbaik. Setiap harinya
hasil ocehan sang ibu ini yang sangat tidak jelas seolah sudah menjadi
rutinitas layaknya jadwal makan saja.
Padahal ocehan yang ditujukan pada sang anak itu tidak
mengandung sedikitpun unsure yang membangun dan memotivasi untuk kea rah yang
lebih baik namun justru membuat si anak merasa tertekan bahkan cenderung
terluka baik secara fisik dan psikis.
Nah, bagaimana jika anda berada dalam keluarga seperti
itu????
Seorang anak perempuan yang usinya baru 14 tahun dan kurang dapat bergaul dan bersosialisasi dikarenakan kekangan yang tak berdasar dari pihak orang tua. Bahkan kemudian ia terus menerus ditekan dan merasa sangat tertekan hingga pada akhirnya naluri alami manusia untuk mempertahankan hidup dan menyelamatkan diri itu muncul malah dianggap sebuah kenakalan yang di luar batas kewajaran.
Siapa sih sebenarnya yang salah dalam fenomena seperti ini? Apakah orang tua itu selalu benar dan anak cenderung selalu salah atau bahkan dipaksa untuk terus mengalah. Bahkan sangat lekat ditelinga saya kata-kata anak kecil tahu apa, ini mah urusan orang gede, sembari menghardik dan mengusir. Padahal banyak sekali bukti dan prestasi yang ditorehkan di dunia ini justru oleh anak-anak.
Lalu apa sistem yang salah dalam pola pendidikan terapan di masyarakat ini??
Mari kita sama-sama mengoreksi diri untuk terus memperbaiki diri dalam meraih prestasi dan menggapai ridha Illahi.
Terimakasih, semoga bermanfaat...
0 komentar :
Posting Komentar