Jangan pernah takut untuk bermimpi, namun jangan terlena hanya dengan impian, karena hidup tak selamanya malam. Masih ada pagi untuk menapakkan kaki, ada siang untuk berjuang, dan hari esok yang menantikan setiap impian dihadirkan menjadi kenyataan ***** MATI!!! SUDAH PUNYA BEKAL APA? *****Jika anda berfikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti anda sudah berada di jalan yang benar menuju sukses ***** Untuk mencapai tujuan diperlukan semangat, usaha dan kerja keras ***** Seorang pria barulah lengkap sebagai seorang pria bila ia telah menanam pohon, memiliki anak, dan menulis buku ***** Apalagi yang bisa dibanggakan selain menjadi diri sendiri. Bila kita saja sudah berusaha menjadi orang lain, maka siapa yang akan menghargai kita ***** Menilai itu dari apa yang kita rasakan, bukan dari apa yang kita lihat. Karena tidak semua yang kita lihat itu benar ***** Bila tak mampu membahagiakan orang yang dicintai, maka setidaknya janganlah menjadi penyebab kesedihan baginya ***** Melupakan orang yang pernah anda cintai, sesulit mengingat orang yang tidak pernah anda kenal ***** Hidup itu simple: Kalau sedih maka tersenyumlah dan kalau bahagia maka tertawalah ***** Cinta sejati adalah ketika kita justru mampu membiarkan orang yang kita cintai terus menjadi seperti dirinya apa adanya, bukan merubahnya menjadi seperti apa yang kita inginkan darinya ***** Jenius adalah manakala ia mampu menyederhanakan sesuatu yang rumit *****

Selasa, 06 Desember 2011

Kabar Gembira Bagi Orang Beriman

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Bagi setiap orang yang beragama, kebahagiaan adalah sebuah cita-cita yang akan selalu diupayakan agar terwujud. Tak terkecuali bagi orang yang beragama Islam.
Bagi orang Islam, ada hal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehidupan di dunia yang fana ini, yakni kehidupan setelah mati. Dan pasti setiap insan muslim menginginkan dirinya untuk dapat masuk syurganya Allah ketika mereka menutup usia kelak, karena itu lah kebahagiaan yang hakiki. Namun demikian, meskipun mereka menginginkan syurga untuk kehidupan setelah mati mereka, mereka tetap saja melakukan atau berbuat hal-hal/sesuatu yang hal tersebut dibenci bahkan telah dilarang Allah. Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang paling sempurna, bila menginginka kebahagiaan di akhirat maka Rasulullah lah yang harus kita tiru dan pedomani mulai dari aktivitas beliau bangun tidur sampai tidur lagi, maka insyaallah kita akan memperoleh kebahagiaan (syurga) di akhirat kelak.
Untuk itu, marilah kita cari tahu dahulu, siapa saja dan apa saja kah syurga yang disediakan Allah bagi insan yang berhasil melewati aral rintangan serta mampu mengikuti perintah serta menjauhi larangan-larangan- Nya.
Tanpa basa-basi dan berlama-lama, silahkan klik disini untuk mengetahui semua itu. Semoga artikel yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

"KHOIRUNNAS ANFAUHUM LINNAS..."

Minggu, 04 Desember 2011

ISLAM DI ANDALUSIA

ISLAM DI ANDALUSIA adalah sebuah peradaban yang tak dapat dihapuskan begitu saja dari sejarah peradaban dunia, terutama Islam.
BAB I
PENDAHULUAN
Selama delapan abad, Islam berjaya di bumi Eropa (Andalusia), maka pada saatnya Islam yang pernah membangun peradaban yang cukup gemilang itu harus runtuh dan tersungkur di tanah Eropa. Peradaban Islam yang telah di bangun dengan suasah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri, dan karena kegigihan bangsa barat / Eropa untuk merebut dan meruntuhkan peradaban Islam.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama.
Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus. Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum sempurna, namun relatif aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri, masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula, peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.
2. Periode Kedua.
Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
3. Periode Ketiga.
Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 – 1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkualitas tinggi.
4. Periode Keempat.
Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.
5. Periode Kelima.
Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara, yang datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya, kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika.
Kaum Katolik sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali Granada yang masih dikuasai Bani Ahmar.
6. Periode Keenam.
Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang terjadi di kalangan istana.
Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia.
B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
4. Bidang Agama dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
5. Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.
6. Bidang Bahasa dan Sastra.
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
7. Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
C. RUNTUHNYA KERAJAAN ANDALUSIA.
1. Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia.
Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di Spanyol menjadi 20 wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M.
Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan.
Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian, tamatlah sudah riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum Muslimin.
D. HANCURNYA PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas Islam itu.
Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.

BAB III

PENUTUP

K E S I M P U L A N

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke – 12 M, tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Aslad, H. Mahrus dan Drs. A. Wahid Sy. Bandung. Armico. 2001.
Yatim, Badri, 2002 Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada. Cetakan ke 3 September 2002.

Daulah Bani Abbasiyah

Berbagi bersama memang sangat menyenangkan, berikut adalah hal yang juga akan saya bagikan kepada pembaca sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kejayaan islam mengalami puncak keemasan adalah pada masa Daulah bani Abbasiyah, pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya. Masa keemasan yang terjadi pada masa daulah bani Abbasiyah terjadi disaat masa kholifah Harun Ar-rasyid, dikala ia memimpin pemerintahan tersebut semua bidang dalam pemerintahan mengalami kemakmuran, karena adanya sistem pembayaran pajak dari hasil bumi yang dikelola kembali untuk kepentingan rakyatnya.
Oleh karena itu masyarakat merasakan kesejahteraan pada masa pemerintahan Harun Ar-rasyid tersebut. Selain dari kepemipinan, kemajuan dan kejayaan islam pada masa daulah bani abbasiyah terjadi karena adanya gerakan penerjemahan yang dilakukan oleh orang–orang yang diutus oleh pemerintah bahkan mendapat bayar yang besar dari pemerintahan. Berbagai buku yang berasal dari bahasa Persia dan yunani mulai diterjemahkan kedalam bahasa arab pada masa itu. Pada masa itu juga lahir berbagai ahli filsafat islam seperti ibnu sina, al–farabi, ar-raji dan berbagai ahli filsafat ilmu yang lainnya.
Para ahli filsafat islam tersebut tidak hanya mendalami satu ilmu melainkan keseluruhan dalam bidang ilmu, seperti kedokteran, matematika, filsafat, astronomi dan sebaginya. Sehingga tidak aneh kalau pada masa pemerintahan daulah bani Abbasiyah mengalami puncak keemasan dan kejayaan. Karena dalam pemerintahan daulah bani Abbasiyah banyak silih berganti kepemimpinan, dan hal itu juga yang secara tidak langsung yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran dari daulah bani Abbasiyah tersebut. Kemungkinan besar karena kurangnya kecakapan dari pemerintah yang memimpin negara, selain itu juga banyak pejabat pemerintahan yang hanya mementingkan kepentingan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan rakyatnya, sehingga banyak terjadi korupsi dan ajang menikmati kemewahan untuk memperkaya dirinya, akibatnya pengeluaran kas negara lebih banyak dari pada pemasukan negara. Hingga muncullah berbagai faktor intern maupaun akstern yang menyebabkan kemunduran daulah bani Abbasiyah hingga akhirnya hancur.
Karena untuk membangun kembali sesuatu yang telah terjadi adalah dengan mempelajari sejarah sebagai cerminan untuk berhati–hati, sehingga teliti agar dapat menghindari hal-hal yang menghambat terbangunnya itu dan hal yang menyebabkan kehancurannya itu. sehingga kita termotivasi untuk membangun kembali peradaban islam dan dapat membangun kejayaan islam Pada masa sekarang.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini kami membahas masalah yang berkaitan dengan sejarah peradaban islam daulah bani abbasiyah meliputi :
  1. Asal mula daulah bani abbasiyah
  2. Bentuk pemerintahan dari daulah bani abbasiyah
  3. Masa kejayaan dan kemajuan dari daulah bani abbasiyah
  4. Masa kemunduran daulah bani abbasiyah.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menambah pemahaman pada diri kita mengenai sejarah peradaban islam pada masa daulah bani abbasiyah
2. Untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah sejarah peradaban islam.
3. Agar dapat memahami dan mengerti agar menjadi cerminan dari sejarah tersebut untuk dapat membangun kembali sejarah peradaban islam pada masa kini dan yang akan datang agar islam ini benar- benar berjaya di muka bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya
Menjelang akhir daulah Umawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut Ali dan Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelnggaran terhadap ajran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan.
Oleh karena itu, logis kalau bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untukmenumbangkan daulah Umawiyah. Gerakan ini menghimpun:
a) Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
b) Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
c) Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun 132 H/750 M tumbanglah daulah Umawiyah dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah pertama, Abdullah bin Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H/750-754 M.
Peradaban islam mengalami kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah, mulai dari perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju karena adanya penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab, didirikannya perpustakan Bait Al-Hikmah dan terbentuknya ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.kemajuan peradaban Abbasiyah sebagian disebabkan oleh stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat kekuasaan daulah bani Abbasiyah berada di Bagdad. Daerah ini merupakan tempat bertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia perdagangan juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad yang menjadi kota transit perdagangan antara wilayah Timur dengan wilayah Barat, sebelum ditemukannya jalan laut timur Tanjung Harapan di Afrika selatan. Wilayah kekuasan ini membentang sepanjang 6500 km dari sungai Indus di India sampai keperbatasan barat Tunisia Afrika Utara, sedangkan sebelah barat seluas 3000 km.
Penduduk daulah Abbasiyah terdiri dari berbagai etnik dan suku bangsa yang hidup diwilayah yang memiliki cuaca dan kondisi geografis yang sangat berbeda. Pemerintahan pada masa kekholifahan Daulah Abbsiyah dibagi pada masa :
  1. Al-Syafah ( 749 – 754 )
  2. Al-Mahdi ( 775 – 785 )
  3. Harun Al-Rasyid ( 786 – 809 )
  4. Al-Ma’mun ( 813 – 833 )
  5. Al-Wathiq ( 842 – 847 )
  6. Al-Mansur ( 754 – 775 )
  7. Al-Hadi (785 – 786 )
  8. Al-Amin ( 809 – 813 )
  9. Al-Mu’tashim ( 833 – 842 )
  10. Al-Mutawakil ( 847 – 861 )
Ada beberapa hal yang menyebabkan gerakan revolusi abbasiyah berhasil mendapat dukungan diantaranya:
  1. Banyak kelompok umat yang tidak mendukung kekuasan Bani umayah yang korup, sekuler dan memihak sebagian kelompok. Abu al-Abbas yang menggerakan roda revolusi ini menggunakan ideology keagamaan untuk meruntuhkan legitimasi kekuasaan Bani Umayyah. Isi dari legitimasi keagamaan untuk menggantikan Bani Umayyah dalam memimpin umat islam.
  2. Dia memuji dan membela islam serta bersyukur pada Tuhan. Kemudian dia berbicara mengenai keluarganya sendiri, bahwa ketakwaanya dan kedekatan kekerabatannya dengan Nabi Muhammad. Argumentasi ini sangat menarik dukungan terutama dari kalangan Syi’ah yang percaya bahwa kekhalifahan adalah hak keluarga Nabi Muhammad.
  3. Propaganda politik Abbasiyah adalah mengenai pembagian kekayaan negara yang adil sebagaimana yang dijalankan pada masa Khulafa Rasyidin sebelum Bani Umayyah memonopoli kekayaan ini. Menurut propaganda ini, menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah diperintahkan oleh agama karena komitmen mereka dalam menegakan syariat Islam sangat rendah. Bani Abbas meyakinkan para pendukungnya bahwa Bani Umayyah tidak memerintah umat berdasarkan ajaran Muhammad Rasulullah memberontak terhadap kekuasaan Bani Umayyah tidak hanya hak bagi setiap umat tetapi juga kewajiban.
  4. Suporter gerakan Abbasiyah yang utama dalam menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah adalah para mawali keturunan Persia yang tingal di wilayah khurasan. kekuatan tentara dan senjatalah yang menentukan dalam menggulingkan imperium bani umayah yang masih memiliki pasukan yang kuat. karena itu abu al-abbas sengaja merekrut orang orang khurasan yang di kenal sangat kuat, pemberani dan ahli strategi perang sebagai tulang pungung kekuatan militernya,[1] sukses berkat organisasi tentara yang di persenjatai dan diorganisi dengan baik. Abu muslim al khurasan dapat mempersatukan dan memimpin pasukan yang terdiri dari orang orang arab dan non–Arab yang di perlakukan setara. Pasukan abbasiyah menghacurkan kekuatan kholifah umayah terahir , Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri kemesir sebelum terbunuh didesa busir pada bulan agustus 750. kholifah abbasiyah mengangap kekuasaannya berasal dari tuhannya (divine origin) dan menjadi penuntun yang benar bagi masyarakat muslim. Sehingga banyak para kholifah yang menjadi pelindung para ilmuan dan ulama.[2]
B. Bentuk Pemerintahan
1. Khalifah abbasiyah pertama Abu al-Abbas Abdulloh bin Muhammad As–saffah di umumkan di masjid agung di khufah pada 132 H 749 M. As–saffah dalam pemerintahannya ia melakukan:
a) Sang penumpang darah dengan dukungan dari paman pamannya berusaha membersihkan sisa-sisa kekuatan Bani umayyah.
b) Revolusi sosial dan politik ini dilakukan untuk mereformasi dinasti umayyah agar sesuai dengan ajaran murni islam. mereka menggulingkan kekuasaan daulah Bani umayyah yang di anggap korup, dekaden, otoriter dan sekuler.[3]
c) Wilayah timur imperium, khurasan, belum sepenuhnya dapat di kontrol pemerintah pusat tetapi masih di kuasai secara otonomi oleh gubernur Abu muslim. ketika as–saffaah meningal pada 134 H/751 M. Pemerintah abbasiyah di bawah kendali adiknya.
d) Abu jafar abd alloh bin Muhammad Al–mansur ( 709-813 ) setelah dapat mengalahkan pamannya Abdallah bin ali yang berusaha juga menjadi kholifah.
2. Pemerintahan Masa Al – Mansur
a) Dikatakan sebagai tahun perjuangan dan konsolidasi kekuasaan abbasiyah.
b) Visi politik dan pendekatan pragmatis khalifah sangat berperan dalam menjaga stabilitas pemerintah.
c) Merupakan Tulang punggung kekuatan Abbasiyah. Al–mansur meningal karena sakit dalam suatu perjalanan haji kelima bersama rombongan keluarga dan pembesar abbasiyah dalam usia sekitar 65 tahun setelah memerintah selama lebih dari 21 tahun.[4]
d) Pengangkatan wazir sebagai koordinator departemen.[5] wazir pertama adalah khalid ibnu barmak yang berasal dari Persia.
e) Membentuk protokol negara, sekertaris negara, kepolisian negara, disamping angkatan bersenjata dan lembaga kehakiman negara.[6]
3. Pemerintahan Al–mahdi
a) Sangat populer karena lebih lunak pada lawan politiknya, lebih dermawan dan lebih berperan dalam membela islam.
b) Khalifah yang bernama Abu abdulloh Muhammad, abdulloh ini sejak usia 15 tahun telah ikut memimpin pasukan di medan peperangan.
c) Perubahan penting terjadi fraksi politik khurasan dan sekelompok militer mulai menjadi saingan keluarga keturunan abbas.
d) Sebagian kalangan biroksi seperti secretariat kerja ( kuttab ) mulai menjadi kelompok lain. Orang–orang non arab berasal dari budak yang telah di merdekakan.
e) Sebelum meningal Al – mahdi telah mempersiapkan dua anaknya, Al – hadi dan Harun al – rasyid, untuk bergiliran mengantikan kekuasaanya, mereka dilatih untuk ikut aktif mengurus jalannya pemerintah dan sesekali memimpin pasukan di medan pertempuran. Alasan al – mahdi mengangkat dua orang putra mahkota adalah agar kekuasaan abbasiyah tetap di tangan keluarga keturunan Al – abbas. Setelah al –mahdi meningal, putra mahkota pertama yaitu al – hadi.
4. Pemerintahan di masa Al – Hadi.
Dalam pemerintahan dia mengedalikan kerajaan dengan keras, sesuai dengan karakternya yang kasar dan mudah tersinggung. Al – hadi kurang menghargai orang orang non arab ( mawali ) dan kelompok syiah yang dulu menjadi tulang pungung kekuatan revolusi abbasiyah. Ia melangar keputusan ayahnya yang mengangkat saudaranya, harun untuk mengantikan tahtanya setelah meningal dengan mengangkat anaknya sendiri ja’far, sebagai putra mahkota akan tetapi dia meninggal secara tiba–tiba, sehingga semua yang direncanakan gagal.
5. Pemerintahan Harun Al-Rasyid
a) Dengan gelar Al - rasyid ( yang terbimbing ), Abu ja’far harun bin Muhammad menjadi khalifah abbasiyah keempat pada 15 september 786, merupakan khalifah yang berhasil.
b) Pada masa pemerintahan ini, kondisi kerajaan terlihat lebih damai dengan kekayaan yang berlimpah ruah. Perkembangan peradaban juga sangat tinggi
c) Dia sangat dermawan terutama pada para penyair dan penyanyi yang memujanya. Namun, dia cenderung mengabaikan urusan keseharian yang diserahkan sepenuhnya pada para menterinya seperti keturunan barmak dan ibn al-rabi’.
d) Hanya dalam dua bidang ia terjun langsung yaitu memimpin pasukan yang diarahkan kedaerah kekuasaan Byzantium diwilayah bagian barat imperium Abbasiyah dan mengatur urusan administrasi.
e) Daerah taklukan. Untuk itu, Khalifah Harun al Rasyid membangun angkatan laut dan menekuni administrasi keuangan.
f) Dermawan terhadap para penyair, perempuan, dia masih banyak meninggalkan banyak harta setelah meninggal.
Harun al-Rasyid menyiapkan dua anaknya untuk menjadi putra mahkota yaitu Muhammad atau al-amin yang dihadiahi wilayah Abbasiyah bagian barat dan Abdullah atau al-ma’mun yang diberi otonomi yang luas untuk mengatur wilayah Abbasiyah di bagian timur. setelah mengambil sumpah kedua putra mahkota di depan kabah untuk tidak saling berperang, Harun al-rasyid masih menjabat sebagai khalifah sampai sekitar enam tahun yang merupakan periode anti klimaks. Karena sakit dan kelelahan ketika memimpin ekspedisi perang kedaerah khurasan, ia meninggal pada 809 m dengan meninggalkan api dalam sekam.
Harun al-Rasyid adalah khalifah yang banyak memanfaatkan kekayaan negara untuk keperluan sosial seperti: mendirikan rumah sakit, Lembaga pendidikan kedokteran dan lembaga pendidikan farmasi, serta pemandian umum. bahkan memiliki sekitar 800 dokter.
Pada masa Harun al-Rasyid, institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah (Hasanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian Sejak 815 M.
6. Pemerintahan Al - Amin
Putra mahkota tertuanya dari Al- rasyid, Al - amin tidak bersedia membagi kekuasaanya dengan saudaranya al-mamun dengan mengangkat anaknya sendiri yang masih kecil menjadi putra mahkota dan perang saudara pun tak terelakan lagi.[7]
7. Pemerintahan Al- Ma’mun.
Kekuatan Al-Ma’mun bertumpu pada dua pondasi yaitu keluarga Tahir yang telah berjasa mengalahkan pasukan Al-Amin ,dan saudara Al-Ma’mun sendiri, Abu ishaq yang kemudian dikenal dengan Al-Mu’tasim. pada 827 al-Ma’mun memindahkan pusat kekuasaannya dari wilayah timur ke Bagdad. Dia juga berusaha memperkokoh pemerintahan dengan berusaha mengakhiri pemberontakan dan menguasai kembali pemerintahan propinsi. Dia mengubah nama khizanat al- hikmah menjadi Bayt Al- hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku – buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantum, Etiopia dan India. Di bayt Al- hikmah juga terdapat observatorium astronomi untuk meliputi perbintangan.
C. Kemajuan pada masa Daulah bani Abbasyiah
Kemajuan yang terjadi pada masa daulah bani Abbasiyah disebabkan oleh dua hal:
a) Terjadinya Asimilasi antara bangsa- bangsa arab dengan bangsa lainyang terlebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang pengetahuan.Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa–bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan agama islam, pengaruh dari Persia sangat kuat yaitu dalam bidang pemerintahan, selain itu juga dalm bidang perkembangan ilmu, filsafat dan sastra.[8] Pengaruh dari India telihatdalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan Astronomi.[9]
b) Sedangkan pengaruh dari yunani masuk melalui terjemahan – terjemahan dalam bidang ilmu, terutama filsafat.
Kemajuan dalam bidang terjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa kholifah Al- mansur hingga harun ar- rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya – karya dalam bidang astronomi ( mathiq ). Fase kedua masa kholifah Al- ma’mum hingga tahun 300H. buku – buku yang diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung pada masa setelah 300 H terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang – bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.[10]
1. Gerakan Penerjemahan
Pada awal penerjemah, naskah yang diterjemahkan dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran.kemudian,naskah-naskah filsapat karya Aristoteles dan plato jugu diterjemahkan .Dalam masa keemasan, karya yang diterjemahkan kebanyakan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran.Namun karya-karya puisi, drama cerpen dan sejarah jarang diterjemahkan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan dalam bahasa Arab sendiri.
Upaya besar-besaran untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah.
Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansur yang juga membangun ibukota Baghdad. Dia mempekerjakan orang- orang Persia yang baru masuk islam, seperti Nawbaht, Ibrahim al-fazari, dan Ali Ibn Isa untuk menerjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang Astrologi ( ilmu perbintangan ) yang sangat berguna bagi kafilah dagang baik melalui darat maupun laut.
Sehingga gerakan penerjemahan itu mempengaruhi terhadap beberapa disiplin ilmu diantaranya yaitu:
a) Ilmu pengetahuan umum terutama dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran, kimia dan sejarah. Dalam bidang astronomi yang terkenal adalah Al- faraji sebagai Astronom islam pertama kali menyusun astrolobe. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama Al-Razi dan Ibn Sina.
b) Dalam bidang optika Abu Ali A-Hasan ibn Al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya kebenda yang dilihat. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
c) Dibidang matematika terkenal nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi,yang juga mahir dalaam bidang astronomi.Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya, al-jabar wa al-Muqobalah.[11]
d) Dalam bidang sejarah terkenal nama Al-Mas’udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi dan lain-lain.
2. Perkembangan dalam Ilmu Agama
a) kalam mu’tazilah yang di gunakan sebagai madhab resmi negara pada masa pemerintahan Al –ma’mum
b) Hadis dan fiqih, ulama yang terlahir pada masa daulah bani Umayah dan meninggal pada masa daulah bani Abbasiyah adalah Abu hanifah karyanya adalah Al- fiqh al- akbar.[12]
3. Dalam Bidang Pendidikan.
Pendidikan dibagi dalam dua tingkat[13] yaitu:
a) Makhtab atau kuttab dan masjid yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak–anak mengenal dasar–dasar bacaan, hitungan dan tulisan, tempat para remaja belajar dasar–dasar ilmu agama seperti tafsir, fiqih, hadis dan bahasa.
b) Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa ahli dalam bidangnya masing–masing.
Dengan berkembangnya lembaga pendidikan kemudian berkembang pula perpustakaan. Perpustakaan pada waktu itu merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab- kitab disana juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
4. Dalam Bidang Tafsir
Sejak awal telah dikenal dua metode penafsiran pertama, tafsir bi-Al-matsur yaitu interpensi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi dan para sahabat. Kedua tafsir bi al-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani Abbas , akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir bi al-ra’yi ( tafsir rasional ) sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan.
5. Baitul Hikmah dan Observatorium
Baitul Hikmah adalah suatu lembaga yang dikembangkan oleh al-ma’mun, Baitul Hikmah dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium dan bahkan Etiopia dan India. Di bawah kekuasaan al-Ma'mun, Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakan tetapi sebagai pusat studi dan riset astronomi dan matematika.
6. Perkembangan Ekonomi.
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakan oleh perdagangan.Kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah timur imperium diperdagangkan dengan barang-barang dari hasil wilayah barat.Dikerajaan ini,sudah terdapat berbagai macam indrustri seperti kain linen di mesir,sutra dari syiria dan irak,kertas dari samarqand,serta berbagai produk pertnian seperti gandum dari mesir dan kurma dari Iraq.
Hasil-hasil indrustri dan pertanian ini diperdagangkan keberbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan negara lain. Karena indrustrialisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat di bendung lagi. Perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang di tambang dari Nubia dan sudan barat (termasuk wilayah yang kini bernama Mali dan Niger) melambungkan perekonomian Abbasiyah.
D. Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan pada masa Daulah Bani Abbasiyah diantaranya yaitu :
1. Persaingan Antar Bangsa
Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar-belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa bani umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelalah khalifah abasiyyah berdiri, dinasti bani abbas tetap mempertahankan persekutuan itu.
Meskipun demikian orang-orang persia tidak merasa puas, Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir ditubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, melalui berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syaria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elmen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, fanatisme keakraban muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyah.
Kebangsaan ini tampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para kholifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak–budak bangsa Persia atau Turki dijadikan tentara atau pegawai.mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah memepertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki bangsa. Karena jumlah kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka, mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan atas kekuasaan kholifah.[14] Kecenderungan masing- masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal kholifah Abbasiyah berdiri.
2. Kemerosotan Ekonomi
Pada periode pertama, pemerintahan Abbasiyah merupakan pemerintahan yang sangat kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar hingga Bait Al- mal penuh dengan harta.[15] Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari Al- kharaj semacam pajak hasil bumi.
Setelah kholifah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara mulai menurun, sementara pengeluran meningkat lebih besar. Hal itu terjadi karena makin menyempitnya wilayah kekuasan, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti – dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak membayar upeti lagi. Sedangkan pengeluaran negara terus membengkak karena kehidupan para kholifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran pun makin beragam dan para pejabat banyak melakukan korupsi.
3. Konflik Keagaman
Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan zindiq adalah mengoda rasa keimanan para kholifah. Al-mansur mencoba memberantasnya, Al- mahdi mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang zindiq dan melakukan mihnah untuk memberantas bid’ah.[16] Akan tetapi, semua kegiatan itu tidak menghenghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan dengan golongan zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah seperti gerakan yang dilakukan oleh Al-afsyin dan Qaramithah.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak bersembunyi dibalik ajaran syiah sehingga banyak yang bersifat ghulat ( ekstrim ) dan dianggap menyimpang dari ajaran syiah. Konflik yang dilatar belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik, atau ahli sunnah dengan syiah.
4. Ancaman dari Luar
Kehancuran daulah bani Abbasyiah ini terjadi tidak hanya dari faktor intern tertapi juga dari faktor ekstren. pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. kedua serangan tentara mongol ke wilayah kekuasaan islam . sebagaimana telah di sebutkan , orang – orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah paus Urbanus 11 (1088-1099M) mengeluarkan fatwanya . Perang itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang kristen yang berada di wilayah kekuasaan islam.Namun , di antara komunitas-komunitas Kristen timur hanya Armenia dan manorit Lebanon yang tertarik dengan perang salib dan melibatkan diri dalam tentara salib itu.[17]
Pengaruh salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa hulagu khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasiosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti islam itu dan diperkeras dikantong-kantong ahli al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat islam, ikut memperbaiki yerussalem.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peradaban islam mengalami kejayan pada masa daulah bani abbasiyah, pada waktu itu berbagai bidang mengalami kemajuan mulai dari bidang politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Kemajuan pada waktu itu tidak hanya semata oleh jasa para kholifah yang memimpin pemerintahan yang dengan bijaksana, tetapi karena dukungan dari masyarakat sendiri yang hidup pada masa pemerintahan tersebut.
Kemajuan pada waktu itu disebabkan pula adanya gerakan penerjemahan yang dilakukan dari masa–kemasa pada saat pemerintahan daulah bani abbasiyah. Penerjermahan yang dilakukan ini oleh sebagian kholifah diberi bayaran yang sangat besar sekali, buku-buku yang diterjemahkan biasanya berasal dari bahasa Persia, yunani dan bangsa eropa, buku-buku tersebut diterjemahkan kedalam bahasa arab dan pada masa ini pula pertama kalinya dibangunkan perpustakan yang diberi nama Al – hikmah yang digunakan untuk membaca, menulis, berdiskusi dan sebagai tempat riset pada waktu itu.
Kemajuan pada saat itu juga melahirkan beberapa ahli filsafat islam seperti ibnu sina, al-farabi, ar-razi dan yang lainnya, yang ahli dalam berbagai bidang misalnya kedokteran, astronomi, filsafat, astrologi dan matematika dan lain sebagainya yang membangun kemajuan islam pada masa itu.
Karena kehidupan didunia ini tidak ada yang abadi begitu juga dengan pemerintahan bani abbas ini, setelah mengalami kejayaan akhirnya dalam berbagai bidang. kini tiba saatnya juga untuk mengalami kemunduran yang dilakukan oleh para pemerintahannya sendiri yang tidak lagi memperhatikan keadaan rakyatnya tetapi lebih mementingkan kepentingan sendiri, penerintahah banyak melakukan korupsi dan memperkaya dirinya sendiri sehingga pengeluran negara bertambah sangat banyak. Sehingga mulailah perekonomian pada saat itu merosot, selain dari faktor intern juga ada beberapa faktor yang datangnya dari luar seperti telah dipaparkan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik; perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Armstrong, Karen. Islam: A Short History;sepintas sejarah Islam. Surabaya: Ikon Teralitera, 2004.
Madjid, Nurcholis. ed; Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Nasr, Hosein. Sains dan Peradaban di dalam Islam. Bandung: Pustaka, 1986.
Ahmad, Zaenal Abidin. Sejarah Islam dan Ummatnya. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Jilid II, IV, V.
Departemen Agama Republik Indonesia. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1997. Volume I, II, III.


[1] Roberto marin - Guzman, popular dimensions of the ‘abbasid revolution, a case study of medieval Islamic social histori, ( cambride, Massachusetts : fulbright – laspau , 1990) , hal. 89 – 91 .
[2] lapidus A Histori of Islamic ,hal 87
[3] hugh kennedy, the early Abbased caliphate, a political Histori, ( London :croom helm,1981) hlm.
[4] Ibid hal.93.
[5] ibid hal 51; Harun Nasution ,islam ditinjau dari berbagai aspek,( Jakarta; ui – press 1985 ),j.h.67.
[6] Badri yatim,loc.cit.
[7]ibid hal. 115 - 133
[8] Ahmad amin, dhuha al- islam jilid I ( kairo: lajnah Al- Ta’lif wa Al- nasyr, tanpa tahun ) hal.207.
[9] ibid hal. 177 – 178.
[10]Ibid. hal.288 – 290.
[11] Ibid.hlm.88.
[12] Kitab ini telah dikomentari oleh sejumlah ulama.lihat mudin al – Muhy al-din Muhammad ibnu baha al- din al- qawl al- fashi syarh al- fiqh al- akbar li al-imamal-Azam abi hanifah ( turki : Maqtabah Al- haqiqah 1998 )
[13] Hasan ibrahim hasan ,op.cip.hlm.129
[14] Ahmad Amin, dhuha al – islam, jilid I ( kairo lajnah Al- Ta’lif wa Al – Tarjamah wa Al- Nasyr, tanpa tahun) hal.21
[15] Philip k..Hitti. loc.cit.
[16] Philip k..Hitti. loc.cit.
[17] nurkholis mazid khajanah intelektual islam ( Jakarta : Bulan Bintang,1984), hal.35

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes