Canda, gurauan, hiburan, humor dibolehkan dalam Islam. Semua itu dalam rangka memenuhi fitrah manusia yang diberikan Allah.
Fitrah itu dapat meringankan hidup kita, menyegarkan jiwa, menghilangkan beban, serta uneg-uneg (kata uya kuya), kegalauan, serta mengurangi himpitan yang kita rasakan. Ali bin Abi Thalib yang dikutip oleh Syaikh Yusuf Al-Qardhawy berkata : "Istirahatkanlah hati, dan carilah "gizi" hikmag untuknya. Karena sesungguhnya hati bisa jenuh sebagaimana badan kita yang juga bisa lelah.
Menurut para ulama, ada syarat yang harus dipenuhi agar masih dalam batas yang diperbolehkan yakni :
1. Tak boleh menggunakan kebohongan dan membuat-buat dalam mencandai orang lain.
2. Candaan tidak boleh mengandung unsur penghinaan atau sampai pelecehan terhadap orang lain. Kecuali bila yang bersangkutan mengizinkan dan rela.
Islam adalah agama yang moderat. Sebaik-baik perkara selalu yang ada di pertengahan, yang berlebihan itu tidak baik. Dalam hal ini, Islam memandang bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, dan manusia sebagai musafir membutuhkan sebuah oase, wadi, tempat mata air itu berkumpul utnuk berhenti sejenak dan merehatkan dirinya.
"Selain dianjurkan untuk kesehatan, tawa yang berkualitas juga dapat dipandang ibadah bila disertai dengan niat yang tulus dan ikhlas".
Ada sebuah referensi yang cukup bagus sebagai bacaan yang ditulis oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawy berjudul FIKIH HIBURAN. Di dalam buku tersebut diterangkan bagaimana Islam memandang hiburan dan permainan-permainan yang saat ini sedang buming dalam kehidupan makhluk bumi. Seperti sepakbola, tinju, sirkus, gulat, renang, catur, berburu binatang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun saat ini manusia telah menjadikan tertawa sebagai pelepas kepenatan yang
didera akibat aktivitas duniawi yang seakan tanpa henti. Bahkan saat ini berbagai tayangan humor yang menyuguhkan banyak lelucon kian menjamur di dunia pertelevisian di Indonesia. Misalnya saja yang sangat tren saat ini yaitu Opera Van Java (OVJ) di Trans7, kemudian ada pula Stand up Comedy di Metro TV, dan banyak lawakan-lawakan lainnya yang disuguhkan insan pertelevisian selain profit oriented tapi juga sebaga pelipur lara dan kejenuhan manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh penulis berbakat yang juga merupakan Ketua Komunitas Hijau yang saat ini duduk sebagai Mahasiswa Pascasarjana UGM, Dharma Setiawan yang dimuat dalam koran Lampung Post edisi Selasa, 29 November 2011; Bahwa "Ritualisme stand up comedy menjadi habitus baru bagi kaum muda sebagai ajang pementasan".
Dalam alunan rangkaian kata yang syarat akan makna baik spiritual, maupun gurauan semata, kini stand up comedy pun telah meraih pangsa pasarnya sendiri dalam panggung hiburan maupun pertelevisian Indonesia.
Kini, berbagai media masa telah menyediakan ruang khusus untuk sekedar menjadi penyegar otak dan penat di dada melalui candaan ataupun tulisan yang mampu mengundang gelak tawa pembaca maupun penikmatnya.
Namun walaupun saat ini gelak tawa kian menghiasi kehidupan kita, jangan pula membuat kita lalai dan terlupa akan kewajiban kita berubadah kepada Sang Pencipta dan berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan baik lokal, nasional, maupun internasional yang juga kian lama kian gencar mengepung dunia kiat ini. Para funding father telah bersusah payah merumuskan dan meraih kemerdekaan serta segala hal yang kini dapat kita nikmati tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu seperti mereka dahulu. Maka kewajiban kita sebagai generasi muda saat ini untuk menuntaskan perubahan yang telah mereka mulai dulu menuju kesempurnaan harkatnya.
Menurut para ulama, ada syarat yang harus dipenuhi agar masih dalam batas yang diperbolehkan yakni :
1. Tak boleh menggunakan kebohongan dan membuat-buat dalam mencandai orang lain.
2. Candaan tidak boleh mengandung unsur penghinaan atau sampai pelecehan terhadap orang lain. Kecuali bila yang bersangkutan mengizinkan dan rela.
Islam adalah agama yang moderat. Sebaik-baik perkara selalu yang ada di pertengahan, yang berlebihan itu tidak baik. Dalam hal ini, Islam memandang bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, dan manusia sebagai musafir membutuhkan sebuah oase, wadi, tempat mata air itu berkumpul utnuk berhenti sejenak dan merehatkan dirinya.
"Selain dianjurkan untuk kesehatan, tawa yang berkualitas juga dapat dipandang ibadah bila disertai dengan niat yang tulus dan ikhlas".
Ada sebuah referensi yang cukup bagus sebagai bacaan yang ditulis oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawy berjudul FIKIH HIBURAN. Di dalam buku tersebut diterangkan bagaimana Islam memandang hiburan dan permainan-permainan yang saat ini sedang buming dalam kehidupan makhluk bumi. Seperti sepakbola, tinju, sirkus, gulat, renang, catur, berburu binatang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun saat ini manusia telah menjadikan tertawa sebagai pelepas kepenatan yang
didera akibat aktivitas duniawi yang seakan tanpa henti. Bahkan saat ini berbagai tayangan humor yang menyuguhkan banyak lelucon kian menjamur di dunia pertelevisian di Indonesia. Misalnya saja yang sangat tren saat ini yaitu Opera Van Java (OVJ) di Trans7, kemudian ada pula Stand up Comedy di Metro TV, dan banyak lawakan-lawakan lainnya yang disuguhkan insan pertelevisian selain profit oriented tapi juga sebaga pelipur lara dan kejenuhan manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh penulis berbakat yang juga merupakan Ketua Komunitas Hijau yang saat ini duduk sebagai Mahasiswa Pascasarjana UGM, Dharma Setiawan yang dimuat dalam koran Lampung Post edisi Selasa, 29 November 2011; Bahwa "Ritualisme stand up comedy menjadi habitus baru bagi kaum muda sebagai ajang pementasan".
Dalam alunan rangkaian kata yang syarat akan makna baik spiritual, maupun gurauan semata, kini stand up comedy pun telah meraih pangsa pasarnya sendiri dalam panggung hiburan maupun pertelevisian Indonesia.
Kini, berbagai media masa telah menyediakan ruang khusus untuk sekedar menjadi penyegar otak dan penat di dada melalui candaan ataupun tulisan yang mampu mengundang gelak tawa pembaca maupun penikmatnya.
Namun walaupun saat ini gelak tawa kian menghiasi kehidupan kita, jangan pula membuat kita lalai dan terlupa akan kewajiban kita berubadah kepada Sang Pencipta dan berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan baik lokal, nasional, maupun internasional yang juga kian lama kian gencar mengepung dunia kiat ini. Para funding father telah bersusah payah merumuskan dan meraih kemerdekaan serta segala hal yang kini dapat kita nikmati tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu seperti mereka dahulu. Maka kewajiban kita sebagai generasi muda saat ini untuk menuntaskan perubahan yang telah mereka mulai dulu menuju kesempurnaan harkatnya.
0 komentar :
Posting Komentar