Banyak hal yang telah dilalui beberapa waktu belakangan ini. Ternyata kesenjangan anatara harapan (impian) dari orang tua amat kentara serta banyak berbanding terbalik atau bertolak belakang dengan potensi (keinginan) dari anak-anak mereka. Lalu kemudian hal tersebut membawa pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan prilaku, kemampuan, serta pola fikir dari anak-anak tersebut.
Pastinya setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, baik dalam hal kasih sayang, masa depan, pendidikan, pasangan, bahkan dalam berbagai hal lainnya. Namun tak sedikit pula tujuan serta niat baik tersebut nyatanya justru tersalurkan dengan cara yang mungkin kurang tepat, hingga pada akhirnya berefek kurang baik kepada si anak.
Contohnya saja seperti anak yang kemudian cenderung minder serta agak susah bergaul, kemudian kurangnya kedekatan antara si anak dengan orang tuanya, bahkan dewasa ini banyak ditemui bahwa anak lebih cenderung dekat dan nyaman dengan pengasuh mereka ketimbang dengan ayah ibu mereka sendiri.
Namun tidak menapik kenyataan lainnya bahwa banyak pula orang tua yang berhasil merengkuh anak mereka dengan baik dan tepat, hingga pada akhirnya anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan optimal sampai memang menggapai semua angan dan cita-cita mereka.
Apresiasi yang sungguh luar biasa saya berikan kepada para orang tua yang mampu mengakomodir secara maksimal potensi anak mereka sehingga menciptakan generasi masa depan yang brilian dan memiliki semangat juang tinggi serta tangguh mengalahkan setiap tantangan hidup.
Memang pula harus diakui bahwa di era globalisasi seperti saat ini arus informasi dan telekomunikasi sangatlah canggih dan seakan tidak terbendung lagi dari berbagai sudut dan cara. Sehingga menutut para orang tua agar kreatif dalam melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap anak. Bukan bermaksud untuk membatasi ruang gerak anak, namun untuk memantau tumbuh kembang anak secara intensif dan efektif.
Bukan hanya orang tuanya, namun anak pun harus pula kita lihat terlebih dahulu latar belakangnya, baik latar belakang pendidikan maupun keluarganya. Mengapa demikian?? Karena banyak pula ternyata anak-anak yang terlahir di keluarga yang berkecukupan bahkan berlimpah dalam hal materi, berpendidikan bagus namun minim sekali kasih sayang dan pengalaman dalam pembentukan karakternya di lingkungan keluarga itu sendiri. Hingga akhirnya memaksa anak-anak tipe ini untuk lebih ektra dalam mempelajari prilaku sosial masyarakat yang majemuk dan cenderung berubah-ubah.
Kemudian ada pula anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang mengalami keretakan rumah tangga. Tak jarang justru anak dari keluarga yang broken home ini malah lebih bisa menyikapi serta lebih nampak dewasa dalam menghadapi kerasnya hidup yang mereka jalani. Kurangnya kasih sayang serta cibiran lingkungan sosial masyarakat menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk ditaklukkan. Namun memang ada pula yang kemudian hancur dengan beralasan tersebut.
Kesuksesan yang mampu diraih oleh tidak sedikit anak-anak yang terlahir dari keluarga broken home hingga akhirnya justru mampu mengukir sejarah baru yang gemilang dan menapaki babak baru lembaran hidup mereka nampaknya belum pula mampu menginspirasi serta menjadi cambuk bagi anak-anak lainnya yang mungkin terlahir 180 derajat lebih baik dari mereka, hingga mungkin banyak kita saksikan hanya menghabiskan waktu dan uang dengan kesenangan sejenak semata.
Gaya hidup cengeng dan lebay justru membuat resah untuk generasi muda mendatang, terlebih mereka yang manja serta cenderung berprilaku (bertingkah) semaunya sendiri kemudian menjadi problematika tersendiri yang pula harus disiasati, namun jika memang sudah tidak mampu dibina maka wajar jika dibinasakan.
Kamis, 23 Januari 2014
Kesenjangan
Kamis, Januari 23, 2014
No comments
0 komentar :
Posting Komentar