Jangan pernah takut untuk bermimpi, namun jangan terlena hanya dengan impian, karena hidup tak selamanya malam. Masih ada pagi untuk menapakkan kaki, ada siang untuk berjuang, dan hari esok yang menantikan setiap impian dihadirkan menjadi kenyataan ***** MATI!!! SUDAH PUNYA BEKAL APA? *****Jika anda berfikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti anda sudah berada di jalan yang benar menuju sukses ***** Untuk mencapai tujuan diperlukan semangat, usaha dan kerja keras ***** Seorang pria barulah lengkap sebagai seorang pria bila ia telah menanam pohon, memiliki anak, dan menulis buku ***** Apalagi yang bisa dibanggakan selain menjadi diri sendiri. Bila kita saja sudah berusaha menjadi orang lain, maka siapa yang akan menghargai kita ***** Menilai itu dari apa yang kita rasakan, bukan dari apa yang kita lihat. Karena tidak semua yang kita lihat itu benar ***** Bila tak mampu membahagiakan orang yang dicintai, maka setidaknya janganlah menjadi penyebab kesedihan baginya ***** Melupakan orang yang pernah anda cintai, sesulit mengingat orang yang tidak pernah anda kenal ***** Hidup itu simple: Kalau sedih maka tersenyumlah dan kalau bahagia maka tertawalah ***** Cinta sejati adalah ketika kita justru mampu membiarkan orang yang kita cintai terus menjadi seperti dirinya apa adanya, bukan merubahnya menjadi seperti apa yang kita inginkan darinya ***** Jenius adalah manakala ia mampu menyederhanakan sesuatu yang rumit *****

Selasa, 31 Desember 2013

SEHELAI HANDUK UNTUK NENEK

Sejak ditinggal sang kakek, nenek Ningrat Maryani tinggal sendiri di rumahnya yang begitu besar di Padang, Sumatra Barat. Kehidupannya yang biasa ditemani oleh suami tercinta, kini dijalaninya sendiri. Wanita berusia 72 tahun ini memang keturunan keluarga ningrat di Jawa Barat. Dulu, ia rela meninggalkan kehidupan mewahnya hanya untuk menikah dengan sang kakek, seorang prajurit kecil TNI.

Melihat keadaan ini, anak-anaknya yang semua tinggal di luar Padang pun menawarkan mencari pembantu. Selain sebagai teman, pembantu bisa mengerjakan pekerjaan di rumah besar tersebut, seperti mengepel rumah, menyapu mushola, atau mencuci baju nenek. Tawaran itu malah membuat nenek Maryati marah besar.

Sebagai jalan keluar, ia malah menetapkan aturan, setiap hari sabtu dan ahad, beberapa cucunya yang masih tinggal di Padang harus secara bergantian menemaninya bermalam. Mendengar “ketetapan” sang nenek, gantian Istiqomah Rahmawati, salah seorang cucu menjadi bingung. Itu artinya, setiap Sabtu dan Ahad ia bakal kehilangan waktunya bermain bersama teman-teman.

Setelah menjalani “tugasnya”, perempuan yang akrab disapa Rahma ini berpendapat, keberadaannya sebenarnya hanya untuk membuat nenek merasa nyaman. Nenek merasa ada seseorang yang menjaganya.” Misalnya ketika tengah malam, dia bangun karena haus, dan ingin minta minum. Atau ketika mau pipis, aku yang nganterin dan memapahnya ke kamar mandi,” ungkap perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

Selain itu, Rahma juga membantu nenek mengambilkan bajunya di lemari usai mandi, dan menaburkan bedak bubuk ke punggung nenek sebagai anti biang keringat. Sepulang sekolah, Sabtu sore sebelum Maghrib ia wajib sudah berada di rumah nenek. “tidak boleh telat, karena harus menutup gorden-gorden dan kaca jendela rumah nenek. Maklum, nyamuk Sumatra ganas-ganas,” tuturnya.

Namun, meski sudah melakukannya, Rahma tetap saja banyak dikoreksi. Begitu pula ketika waktu sholat tiba. “gue paling sering kena omel kalo lagi melipat mukena,” katanya.

Nenek selalu mengatakan, sarung wajah pada mukena, waktu dilipat harus berada di posisi paling atas, dengan lubangnya juga mendongak ke atas. “Biar Kering,” katanya. Itu hanya salah satu yang sering diributkan.

Pengalaman tersebut telah berlalu tujuh tahun silam. Sekarang, ketika Rahma berada di Jakarta.

Beberapa bulan lalu, nenek berkunjung ke tempatnya. Rahma memberikan selembar handuk bertuliskan “Rahma Sayang Nenek”. Hal yang sama sekali tak pernah disangkanya terjadi ketika nenek telah sampai di Padang. Dari informasi Ibunya, Rahma mengetahui, nenek memamerkan handuk Terry Palmer dengan Bordiran nama itu ditunjukkan kepada semua orang, sanak saudara maupun tetangga.

Tak hanya itu, nenek Maryati juga mengatakan, handuk itu tidak akan pernah digunakan, hingga ia tiada. “nenek berpesan,” nanti kalo kalian mandiin jasad nenek, tolong di lap pake handuk ini,”ujar Rahma menirukan kata-kata sang nenek. Ia pun begitu terharu mendengar cerita ibunya tersebut.

Padahal menurutnya, handuk pemberiannya itu hanya seharga Rp 100.000,-. Tapi ternyata nenek sangat menghargai pemberian gue, dan itu bikin gue tambah sayang nenek, meskipun dia sering ngomel-ngomel.”

Subhanallah…

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes