Jangan pernah takut untuk bermimpi, namun jangan terlena hanya dengan impian, karena hidup tak selamanya malam. Masih ada pagi untuk menapakkan kaki, ada siang untuk berjuang, dan hari esok yang menantikan setiap impian dihadirkan menjadi kenyataan ***** MATI!!! SUDAH PUNYA BEKAL APA? *****Jika anda berfikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti anda sudah berada di jalan yang benar menuju sukses ***** Untuk mencapai tujuan diperlukan semangat, usaha dan kerja keras ***** Seorang pria barulah lengkap sebagai seorang pria bila ia telah menanam pohon, memiliki anak, dan menulis buku ***** Apalagi yang bisa dibanggakan selain menjadi diri sendiri. Bila kita saja sudah berusaha menjadi orang lain, maka siapa yang akan menghargai kita ***** Menilai itu dari apa yang kita rasakan, bukan dari apa yang kita lihat. Karena tidak semua yang kita lihat itu benar ***** Bila tak mampu membahagiakan orang yang dicintai, maka setidaknya janganlah menjadi penyebab kesedihan baginya ***** Melupakan orang yang pernah anda cintai, sesulit mengingat orang yang tidak pernah anda kenal ***** Hidup itu simple: Kalau sedih maka tersenyumlah dan kalau bahagia maka tertawalah ***** Cinta sejati adalah ketika kita justru mampu membiarkan orang yang kita cintai terus menjadi seperti dirinya apa adanya, bukan merubahnya menjadi seperti apa yang kita inginkan darinya ***** Jenius adalah manakala ia mampu menyederhanakan sesuatu yang rumit *****

Kamis, 04 April 2013

Kesetiaan Suami Istri

Ada masa di mana kita coba berkhayal tentang keindahan dunia yang fana ini. Terlebih bagi pasangan kekasih yang sedang asyik memadu cinta mereka, seolah orang lain di dunia ini hanya numpang dan ngontrak saja.

Betapa indah rasanya kala masa itu sedang bersemi pada pasangan tersebut. Namun kali ini saya ingin coba sedikit berbagi kisah tentang bagaimana seseorang dapat bertahan pada pasangannya meski apapun yang terjadi. Meskipun pedihnya penderitaan setia menemani.

Kisah ini berasal dari sebuah daerah yang cukup jauh dari keramayan khalayak masyarakat sosialitas lainnya di daerah tersebut. Eits,,, jangan berfikir bahwa kisah ini adalah kisah sepasang kekasih yang status hubungannya adalah pacaran, kisah ini mengenai pasangan suami istri yang tangguh.

Kenapa saya sebut tangguh???
Bisa kalian interpretasikan sendiri kira-kira definisi tangguh saya ini setelah usai membaca kisah ini. Sepasang suami istri yang kini telah beranjak usia, usia mereka saat ini berkisar 68 dan 70 tahun. Ya, usia yang cukup banyak sudah mengenyam berbagai pengalaman asam garam kehidupan.

Tidak seperti pasangan suami istri lainnya, saya coba akan memaparkan kondisi dari masing-masing mereka terlebih dahulu.

Sang suami yang kini berusia 70 (tujuh puluh) tahun mengalami masalah kesehatan, kaki kanannya kini sudah tidak normal layaknya dahulu, untuk berjalan pun dia mengalami sedikit kesulitan. Hal tersebut membuatnya tidak mampu lagi berjalan dengan kecepatan normal layaknya orang lain yang memiliki kaki yang masih normal. Pekerjaan sehari-hari sang suami ini adalah pemulung sampah berupa bekas gelas-gelas air mineral baik kaleng maupun plastik. Setiap harinya ia mulai bergrilya sejak pukul delapan pagi hingga pukul lima sore untuk mengumpulkan buruannya tersebut.

Dari tong sampah ke tong sampah lainnya ia menikmati aroma di tempat pembuangan tersebut, namun ia tetap bisa tersenyum lebar dan menasehati saya dengan ucapan layaknya orang yang tak mengalami masalah dalam kehidupannya. Ia berucap kepada saya seperti ini, “Tidak usah risau mas dengan hidup ini, susah senangnya itu sudah ada jalannya masing-masing, cukup kita nikmati dan berusaha saja sekuatnya, Allah itu tidak buta kok”, lalu ia tersenyum seraya berlalu untuk melanjutkan perburuannya.
Mendengar ucapan itu saya cukup tersentak, bagaimana bisa seorang renta yang untuk makan setaip harinya saja harus ketar-ketir dan kadang kala tak bisa makan hingga harus mengganjal perut hanya dengan minum air mineral saja justru mampu berujar dengan leluasanya seperti itu kepada seorang anak muda yang memiliki penghasilan jauh di atasnya.

Hal tersebut membuat renyuh hati ini dan kemudian entah darimana asalnya perasaan itu muncul, tiba-tiba saya merefleksi perjalanan hidup saya dan coba membandingkan dengan kehidupan bapak itu. Sungguh aneh, mengapa saya tidak mampu seperti sia, apakah saya telah terlalu sombong dengan pencapaian sya yang justru pada kenyataannya belumlah berarti apa-apa.

Seperti biasanya setiap sore hari bapak itu lewat di depan kantor saya dan memburu sampah-sampah yang dapat ia uangkan di kotak sampah kantor saya. Kali ini saya semapatkan untuk berbincang-bincang dengannya lagi. Saya coba mencari tahu terkait kondisi keluarga dan anak-anaknya.

Saya : anaknya dimana pak?
Bapak : ada mas, semuanya ada di provinsi tetangga mas.
Saya : ooo, trus bapak disini sama siap pak?
Bapak : Cuma saya sama istri aja mas, sengaja menjauh dari keluarga besar. Saya takut membebani mereka. Apalagi anak-anak saya yang sekrang untuk menghidupi keluarga kecilnya saja susah.
Saya : berarti di sini benar-benar gak ada saudara ya pak?
Bapak : iya mas, tapi saya yakin aja lah. Allah itu tetap ngeliat saya kok.

(suasana diam sesaat, saya coba mencerna ucapan bapak itu. Kemudian saya mulai berbincang lagi dengannya)
Saya : oke deh, salam buat istri ya pak.
Bapak : terimakasih ya mas.
(kemudian dia melanjutkan perjalannya berburu)

Cukup sekian sedikit kisah tentang sang suami, sekarang saatnya saya sedikit memaparkan kondisi sang istri tercintanya yang selalu setia menunggu kepulangan sang suami ke rumah mungil mereka (maksud saya kontrakan).

Sang istri yang pula kini memasuki usia setengah abad lebih itu ternyata pun mengalami masalah terhadap kondisi fisiknya. Kaki kanan sang istri ini telah lumpuh akibat penyakit yang ia alami beberapa tahun yang lalu. Ia hanya bisa menunggu saja di rumah karena kelumpuhan itu. Ia kini tak mampu lagi ikut menemani sang suami beredar di permukaan bumi ini berburu sampah. Kemampuannya dalam mengurus rumah adalah satu-satunya yang masih dapat ia lakukan, mulai dari memasak dan menyugukan makanan. Selain daripada itu sudah tak mampu lagi ia lakukan.

Dengan kondisi seperti itu, mereka tidak kemudian saling menyalahkan satu sama lainnya. Mereka kemudian saling mendukung dan memotivasi saja. Saling mengisi di setiap kekosongan dari masing-masing pasangan mereka. Ternyata dengan kesadaran bahwa mereka saling memiliki dan saling menyayangi dengan tulus itu lah yang membuat jalinan mereka mampu bertahan sekian tahun lamanya itu.

Bukanlah harta, bukanlah fisik, bukanlah jabatan, dan bukanlah rumah gedongan yang menjadi acuan dasar mereka menjalin hubungan tersebut. Dan hal tersebut yang mungkin kini telah banyak terlupakan oleh banyak pasangan, terlebih para muda-mudi zaman sekarang.

Seperti saduran dari sebuah lagu india yang cukup terkenal bahwa hubungan itu akan terus berkembang di dalam hati sang empunya dengan mempertahankan 7 (tujuh) prinsip dasarnya yakni :

Setia, Kasih, Sayang, Rindu, Percaya, Jujur, dan Sehati.

Maka yakinlah hubungan kalian akan bertahan hingga maut memisahkan raga dari masing-masing kalian. Jangan tergoda tuk mengarungi bahtera baru dengan pelayar lainnya meski apapun indahnya iming-iming dan godaan yang ada.

Sekian kisah kali ini dan akan saya tutup dengan sebuah kata-kata yang cukup mengilhami saya sebagai berikut :

“Saya akan mempertahankan dia yang mau dan mampu bertahan bersama saya mulai dari titik nol hingga saya mencapai titik puncak. Bukan dia yang hanya menunggu saya di posisi puncak.”

Semoga bermanfaat….”











0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes