Kita semua
tahu dan sering merayakan yang namanya hari ibu. Begitu besar peran serta arti
ibu di mata dunia sehingga ada 1 hari dalam setahun yang dikhususkan menjadi
hari ibu. Di hari tersebut berbondong-bondong orang memberikan ucapan kepada
para wanita yang mereka kasihi, mulai dari yang mengirim kartu ucapan, bunga,
coklat, dan banyak cara lainnya yang mereka lakukan untuk mengekspresikan rasa
sayang, cinta, kasih serta terimakasih atas jasa kaum ibu.
Terlepas dari
euphoria itu semua, pernahkah ada arti seorang ayah dalam hidup kita? Jawabannya
pasti pernah. Adakah peran penting dari seorang ayah dalam hidup kita? Jawabannya
pasti ada, dan sangat besar. adakah perayaan untuk mengenang dan
mengekspresikan rasa cinta, kasih, sayang serta terimakasih pada kaum ayah? Anda
jawab dalam hati saja.
Begitu besar
peranan seorang ayah dalam hidup ini, tak kalah besar dari peranan seorang ibu.
Mungkin karena kaum ayah ini adalah lelaki, yang di mana lelaki itu identik
dengan ketegaran, kuat, maskulin, keras, dan juga berbagai symbol-simbol
kekuatan lainnya sehingga mungkin pula rasa sentimental perasaan kepada kaum
ayah ini disepelekan atau bahkan cenderung dilupakan.
Ingat,
ayah=lelaki juga manusia, punya rasa dan punya hati. Di hadapn banyak orang,
terlebih di hadapan orang-orang yang mereka sayangi cenderung kaum ayah akan
memperlihatkan ketegaran serta kekuatan dirinya. Bahkan sering kali saya temui
ketika lelaki menangis maka orang-orang akan berkata cengeng dan lemah. Memangnya
lelaki itu tidak memiliki hati kalik ya sehingganya dia tidak menangis lagi
ketika mengalami sebuah gejolak dalam dirinya.
Hey bung,
lelaki juga ingin ada tempat bercerita menumpahkan keluh kesah maupun
kebahagiaan dalam dirinya serta pengalaman yang ia alami. Jangan abaikan kaum
ayah=lelaki ini.
Saya akan
berbagi kepada anda semua apa isi dari bbm yang saya dapatkan yang di awal
sedikit saya singgung tadi, silahkan di simak ya.
PESAN
BAPAK UNTUK ANAKNYA DI FACEBOOK (Bahan Renungan)
Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya
dan log-in kea kun facebooknya. Pertama kali yang ia cek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak
pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 pesan yang selama ini ia abaikan.
Pesan pertama adalah spam. Sedangkan pesan
kedua , dia membukanya. Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu,
kemudian diapun mulai membaca isinya:
Assalamualaikum.
Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan
facebook. Bapak mencoba menambahkan kamu sebagai teman, sekalipun Bapak tidak
terlalu paham dengan itu semua. Lalu Bapak mencoba mengirim pesan inikepadamu. Maaf,
Bapak tidak pandai mengetik, ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang.
BACALAH !!
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat
pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak
bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa memanggil-manggil Bapak,
sudah bisa memanggil-manggil ibunya. Bapak sangat senang bisa berbicara dengan
kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan
ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi percayalah, Bapak dan Ibumu bicara dengan
kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat, walaupun hanya
dengan mendengar gelak tawamu.
Saat masuk SD, Bapak masih ingat kamu selalu
bercerita dengan Bapak ketika membonceng dengan motor tentang apapun yang kamu
lihat di kanan dan kirimu saat perjalanan. Ayah mana yang tidak gembira saat melihat
anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya. Bapak jadi makin
bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu sekolah. Sebab kamu
lucu sekali, menyenangkan. Bapak sangat menginginkan kamu menjadi anak yang
pandai dan taat beribadah. Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu
punya HP?? Diam-diam waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum
punya HP sementara kawan-kawanmu sudah memiliki.
Ketika kamu masuk SMP, kamu sudah mulai
punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah, kamu langsung masuk
kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar
kamar hanya pada waktu makan saja kemudian setelah itu masuk kamar lagi, dan
keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan
Bapak. Tahu-tahu kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi
lagi. Kamu mencari kami saat perlu-perlu saja serta membiarkan kami saat kamu
tidak perlu. Ketika mulai kuliah di luar kota pun sikap kamu sama saja seperti
sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali di saat mendapatkan kesulitan.
Sewaktu pulang liburan pun kamu sibuk dengan
HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu. Bapak bertanya-tanya
sendiri dalam hati, adakah kawan-kawanmu itu lebih penting dari Bapak dan
Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini Cuma diperlukan saat nanti kamu mau
menikah saja sebagai pemberi restu? Adakah
kami ibarat tabungan kamu saja? Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak
lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja alias lewat sms. Berjumpa tapi
tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara, bertegur Cuma waktu hari
raya. Tanya sepatah kata, jawabnya sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi,
malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada
kamu. Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa
terlalu tua, usia Bapak sudah di atas 60-an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu
lagi. Bapak tidak minta banyak. Kadang-kadang, Bapak Cuma mau kamu berada di
sisi Bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam
hati kamu, menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak. Bercerita pada Bapak
seperti saat kamu kecil dulu. Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali
berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan
Allah.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang di
dalam hati melebihi cintamu kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun
jangan kamu sekali-sekali mengabaikan Allah. Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan
Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah shalat, jagalah hati, jagalah iman.
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak
begitu dalam. Dalam hatinya terasa perih tidak terkira, seakan hati itu
disayat-sayat hingga tak terkira…….
Bagaimana tidak????
Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca
setelah 3 (tiga) bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.
Dari kisah
di atas, mari kita ambil hikmahnya, siapapun ayah anda, apapun latar belakang
serta pekerjaannya, ayah tetaplah ayah. Berkat dia kita pun bisa ada di sini
seperti saat ini.
Terimakasih Ayah
dan Ibu, terimakasih Papa dan Mamaku yang selama ini selalu ada untukku. Jasamu
tak akan pernah terganti dan terbalaskan, aku mencintai kalian.
0 komentar :
Posting Komentar